INDEKS MEDIA KALTIM

Berita Hari Ini di Kalimantan Timur (Kaltim)



Waspada! Mata ‘Terbakar’ Akibat Matahari, Kasus Pelatih Borneo FC Jadi Peringatan di Tengah Panas Ekstrem

Jibril Daulay Jibril Daulay - 11000 views
Kondisi Pelatih Borneo FC Fabio Lefundes usai menjalani operasi mata ringan akibat cuaca panas di Kota Samarinda (tangkapan layar)

SAMARINDA, INDEKSMEDIA.ID — Panas Samarinda beberapa pekan terakhir terasa menyengat tak biasa. Suhu yang menembus lebih dari 34 derajat Celsius disertai indeks sinar ultraviolet (UV) yang tinggi bukan hanya membuat kulit perih, tapi juga berpotensi mengancam kesehatan mata.

Kasus Pelatih Borneo FC Samarinda, Fabio Lefundes, menjadi peringatan nyata. Ia harus menjalani tindakan medis pada mata kanannya setelah mengalami iritasi serius akibat paparan sinar matahari yang kuat selama beraktivitas di lapangan.

Dalam konferensi pers jelang laga melawan Persik Kediri, Jumat (17/10/2025), pelatih asal Brasil itu tampil berbeda. Sebagian wajahnya tertutup perban dan kacamata hitam.

Pelatih asal Brasil itu menjelaskan, gangguan pada matanya bermula dari reaksi alergi akibat intensitas sinar matahari di Kota Samarinda yang sangat tinggi.

“Di sini (Samarinda) mataharinya sangat kuat, sangat keras. Saya kena alergi, lalu muncul sedikit gangguan di kulit mata dan harus operasi untuk mengangkat bagian itu,” ujar Fabio tenang di hadapan awak media.

Kondisi tersebut memicu iritasi kulit di sekitar mata hingga akhirnya harus dilakukan tindakan medis.

Meski baru menjalani operasi ringan, Fabio menegaskan kondisinya sudah stabil. Namun kasus ini memantik perhatian, bukan karena cedera lapangan, melainkan dampak kesehatan akibat paparan sinar UV ekstrem.

Foto : Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda, dr. Ismed Kusasih. (Foto: Yah/Indeksmedia.Id)

Fotokeratitis Mengintai di Balik Sinar UV

Kepala Dinas Kesehatan Kota Samarinda, dr. Ismed Kusasih, menjelaskan, kondisi yang dialami Fabio berkaitan erat dengan fotokeratitis, peradangan pada kornea mata akibat sinar UV berlebih.

“Fotokeratitis itu istilah medisnya mata terbakar matahari. Biasanya terjadi akibat paparan sinar ultraviolet yang terlalu kuat, seperti saat cuaca terik atau di permukaan yang memantulkan cahaya, misalnya air, logam, atau aspal,” terang dr. Ismed, Sabtu (18/10/2025).

dr. Ismed mengatakan gejala awal yang kerap muncul antara lain mata merah, perih, berair, sensitif terhadap cahaya, hingga pandangan kabur. Pada kasus berat, penglihatan dapat menurun sementara hingga terasa seperti ada pasir di dalam mata.

“Tubuh manusia idealnya beradaptasi di suhu 37 derajat. Kalau cuaca ekstrem di atas itu, organ seperti mata akan lebih mudah terganggu,” ujarnya.

Paparan panas dan radiasi UV yang meningkat akhir-akhir ini, lanjut Ismed, menandakan bahwa masyarakat perlu lebih memperhatikan perlindungan terhadap organ sensitif seperti mata, bukan hanya kulit.

Namun, untuk lebih spesifik yang dialami pelatih Borneo FC yang harus menjalani operasi mata akibat paparan matahari, ia menyerahkan penjelasan detailnya kepada dokter mata yang menanganinya.

“Yang jelas, istilah dalam ilmu kedokteran itu fotokeratitis, atau mata terbakar matahari. Paparan jangka panjangnya bisa meningkatkan risiko penyakit yang lebih serius,” pungkasnya.

Pelindung Mata, Pakaian Longgar, dan Cukup Cairan

Sebagai langkah pencegahan, Dinkes Samarinda mengimbau masyarakat untuk menggunakan kacamata hitam dengan perlindungan UV, topi bertepi lebar, serta pakaian longgar berbahan ringan.

“Kalau sudah ada tanda-tanda cuaca ekstrem, sebaiknya kita melengkapi diri dengan alat pelindung diri. Di mana pun juga, APD penting untuk melindungi tubuh dari faktor ekstrem,” tegas dr. Ismed.

Selain itu, menjaga hidrasi tubuh menjadi hal krusial agar tidak dehidrasi. Cuaca panas ekstrem dapat mempercepat penguapan cairan tubuh dan mengganggu sirkulasi oksigen ke jaringan mata.

“Pastinya hindari paparan langsung. Kalau mata, ya pakai kacamata tahan panas. Tubuh jangan sampai dehidrasi, makanya banyak minum,” imbuhnya.

Panas Samarinda, Alarm bagi Kesehatan Publik

Fenomena panas ekstrem di Samarinda tidak hanya berdampak pada kenyamanan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat secara luas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat peningkatan indeks UV hingga kategori “Sangat Tinggi” dalam beberapa hari terakhir.

Bagi pekerja lapangan, atlet, atau masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan, risiko paparan UV berlebih semakin besar. Tidak hanya fotokeratitis, paparan jangka panjang juga bisa memicu katarak dan degenerasi makula, yang berujung pada gangguan penglihatan permanen.

Kasus seperti yang dialami Pelatih Borneo FC ini sebetulnya bisa terjadi pada siapa pun, bukan hanya atlet. Oleh karena itu, kata dia, edukasi dan perlindungan diri menjadi sangat penting. (Yah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

Maaf Untuk Copy Berita Silahkan Hubungi Redaksi Kami!