Tingkatkan Pendidikan Budaya di SD dan SMP, Kadisdik Kutim Singgung Kehadiran dan Pengaruh IKN

Kutim — Pemerintahan Kabupaten Kutai Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) tak henti-hentinya menggencarkan pelestarian budaya.

Kali ini pihaknya menyasar pengembangan budaya atau kearifan lokal di lingkungan Sekolah Dasar (SD) melalui pelajaran muatan lokal (Mulok).

Kepala Disdikbud Kutai Timur, Mulyono, mengatakan nantinya untuk SD juga disajikan pelajaran sejarah sebagai upaya pelestarian budaya.

“Untuk peningkatan literasi kebudayaan di SD, termasuk pelajaran sejarah ya kan? Kemudian di pembelajaran lainnya tetap kita sisihkan termasuk Mulok, kita akan kembangkan,” ucap Kadis saat ditemui.

“Tahun ini sudah, semua kelas Mulok yang kita angkat adalah bahasa Kutai. Jadi orang yang bukan asli Kutim juga nanti bisa bahasa Kutai kan. Ini sudah komplit, nanti (programnya) semua di tingkatan kelas,” paparnya.

Dengan demikian, Mulyono berucap bahwa keberagaman budaya dapat semakin terjaga dan dipahami oleh generasi muda.

Tidak hanya itu, ia menyebut aneka festival kebudayaan juga rutin diselenggarakan di kalangan siswa setiap tahun. Misalnya, festival anak soleh sebagai representasi kebudayaan Muslim, serta festival Kristen.

Langkah ini kata dia, penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai budaya lokal dan agama yang hidup di Kutai Timur tetap dilestarikan dan dihargai.

“Kalau festival di kalangan siswa-siswa untuk kebudayaan di Kutim setiap tahun ada, misalnya festival anak soleh. Kemudian ada yang Kristen juga kemarin. Itu sebenarnya sebagai penyeimbang dari yang muslim,” ucapnya.

Lebih jauh Kadis juga memaparkan di tingkat SMP, terdapat tiga Mata Pelajaran Lokal (Mulok) yang diperkenalkan.

Hal itu disampaikannya saat menyinggung kehadiran Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berpotensi mengikis budaya lokal, khususnya di Kalimantan Timur.

“Jadi budaya di Kutim kan banyak nih. Apalagi ini kan ada IKN ya, jangan sampai nanti gejala IKN kita nih, yang ada hanya lu gue lu gue kan,” katanya dengan nada candaan.

“Makanya di SMP juga kita siapkan bahasa Inggris, seni budaya, dan SDA alam Selindung,” sambungnya.

Ditegaskan Kadis, keberadaan Mulok ini menjadi bukti nyata dari komitmen pemerintah yang peduli terhadap seni dan budaya lokal.

“Dengan begitu, generasi muda di Kutim bisa tumbuh, berkembang dengan memahami serta menghargai warisan atau identitas budaya yang dimiliki,” tutupnya. (ADV)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *