Pakar IDAI : Anak Penderita HIV Berisiko Tinggi Alami Stunting
KUTIM,INDEKSMEDIA.ID – Hubungan antara HIV dengan stunting pada anak memiliki kaitan erat. Tim pakar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Timur, dr. Meitha PE Togas, menegaskan anak dengan HIV memiliki risiko lebih tinggi mengalami stunting karena penurunan daya tahan tubuh yang signifikan.
“Korelasi antara HIV dengan stunting anak itu jelas. HIV menyebabkan penurunan kekebalan tubuh. Pada anak-anak stunting, virus HIV akan lebih tinggi. Jadi risikonya juga meningkat. Pengobatannya terbatas, sehingga terapi paling efektif adalah dengan pencegahan. Kita harus melindungi anak-anak kita,” ujar dr. Meitha saat ditemui di DP2KB Kutim, Senin (1/9/2025).
Senada dengan itu, Klinik Pelangi (VCT HIV) RSUD Kudungga, dr. Aulia Nisa Ahdin, menjelaskan upaya pencegahan sudah dilakukan sejak masa kehamilan. Menurutnya, penularan HIV dari ibu ke anak umumnya terjadi melalui proses persalinan normal atau pemberian ASI.
“Makanya rekomendasi bagi ibu hamil penderita HIV adalah persalinan dengan SC (Sectio Caesarea) agar tidak terjadi luka pada jalan lahir. Bayi-bayi yang lahir juga langsung diberikan obat pencegahan. Alhamdulillah, saat diperiksa di bawah usia 16 minggu banyak yang negatif. Namun ada juga bayi yang lahir positif HIV,” terangnya.
Aulia menekankan, anak positif HIV yang rutin mengonsumsi obat bisa tetap sehat. Namun, ada kasus anak yang putus obat karena berbagai alasan, seperti tinggal di luar daerah, sehingga mereka jatuh sakit.
“Jika sakit, otomatis 1.000 hari pertama kehidupan mereka sangat berisiko terganggu dan bisa menyebabkan stunting,” katanya.
Mengenai penanganan, dr. Meitha menegaskan anak dengan HIV tetap bisa ditangani meskipun obat yang tersedia terbatas.
“Pada prinsipnya, anak-anak yang terkena HIV sudah ada obatnya. Dosisnya perlu disesuaikan dengan berat badan anak. Jadi tetap bisa ditangani,” jelasnya.
Dia juga mengingatkan adanya potensi penularan HIV pada anak melalui makanan yang dikunyah orang tua terlebih dahulu sebelum diberikan kepada anak. “Hal-hal seperti ini harus benar-benar dihindari,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kutai Timur, Achmad Junaidi, menekankan pentingnya mitigasi dan pencegahan HIV sebagai bagian dari upaya penurunan stunting.
“Kami menyebarkan informasi mengenai HIV karena berbicara soal ini masih dianggap aib. Tidak semua orang mau terbuka. Tapi dengan adanya pakar yang berbicara melalui media sosial, kami harap semakin banyak masyarakat yang sadar dan mau memeriksakan diri. Pemeriksaan bisa dilakukan di RS maupun puskesmas dan tidak dipungut biaya,” pungkasnya. (*)


Tinggalkan Balasan