Marhadyn, ASN Berprestasi di Balik Arah Pembangunan Kutim
KUTAI TIMUR, INDEKSMEDIA.ID – Marhadyn kini memegang peran penting di balik arah pembangunan Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Ia menjabat sebagai Kepala Bidang Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah (P2EP) Bappeda Kutim. Pria kelahiran Makassar, 28 Maret 1978 ini kini berusia 47 tahun.
Lulusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin ini memulai karier sebagai PNS pada 2001 di Kutai Barat, sesuai latar belakang pendidikannya.
Dirinya bahkan pernah mengelola layanan kesehatan sebagai Kepala UPT Puskesmas Terapung dan meraih penghargaan pelayanan publik terbaik tingkat nasional dari Wakil Presiden RI ke-11.
Tahun 2016, ia dipindahkan ke Kutim dan bergabung dengan Dinas Sosial. Setahun kemudian, saat terjadi perombakan struktur pegawai, ia ditempatkan di Bappeda Kutim sebagai Kasubid Kesra.
“Mulai masuk di Bappeda Kutai Timur mulai tahun 2017, saat itu yang menjabat Bupati Kutim Pak Ismunandar kemudian melakukan penyusunan personel PNS dan saya menjabat sebagai Kasubid Kesra,” ujarnya, Rabu (23/7/2025).
Setelah empat tahun bertugas di bidang kesejahteraan rakyat, pada Oktober 2021 ia diangkat menjadi Kepala Bidang P2EP, posisi yang masih diembannya hingga sekarang.
Selama bertugas di Bappeda, Marhadyn mencatat prestasi nasional. Ia dua kali terpilih sebagai peserta terbaik dalam pelatihan perencanaan daerah yang diselenggarakan oleh Bappenas, yakni pada 2018 dan 2023.
Dia bahkan dianugerahi Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI sebagai PNS yang telah mengabdi selama lebih dari satu dekade.
Tak hanya aktif dalam birokrasi, Marhadyn juga dikenal sebagai sosok yang aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan alumni.
“Di lingkungan masyarakat, saya juga mengikuti organisasi masyarakat seperti Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS), Anngota KAGAMA, Anggota IKA UNHAS dan karena saya pernah aktif di HMI dulu, sekarang saya bergabung dengan keluarga alumni HMI (KAHMI) Kutim,” jelasnya.
Meniti karier di luar bidang pendidikan awal bukan perkara mudah. Marhadyn mengaku harus banyak menyesuaikan diri saat beralih dari dunia kesehatan ke perencanaan pembangunan. Hal ini menuntutnya untuk terus belajar, khususnya dalam memahami dinamika sosial masyarakat.
“Tantangannya adalah saya harus banyak membaca buku, membaca regulasi, membaca perkembangan sosial dan budaya, nah keahlian seorang kesehatan masyarakat adalah membaca dinamika sosial dan karakter masyarakat, itulah yang harus saya kembangkan,” terangnya.
Menurutnya, kebiasaan membaca adalah kunci agar bisa mengikuti dan memahami isu-isu yang berkembang di tengah masyarakat.
“Kuncinya adalah iqro’, membaca dan membaca,” tuturnya.
Sebagai perencana, tugas Marhadyn tak sekadar mencatat atau menerima semua usulan pembangunan dari masyarakat, OPD, hingga DPRD. Ia harus mampu menyelaraskan semua masukan dan menjadikannya dokumen perencanaan yang strategis, realistis, dan sesuai regulasi.
“Yang paling penting adalah sesuai dengan regulasinya, masyarakat mau mengajukan kegiatan melalui musrenbang, DPRD mau menyampaikan aspirasi masyarakat melalui pokok-pokok pikiran DPRD, begitupun kepala daerah yang memiliki janjinya kepada masyarakat juga harus dituangkan di dalam perencanaan daerah,” jelasnya.
Ia menjelaskan bahwa dokumen perencanaan seperti RPJMD dan rencana kerja tahunan perlu dibahas bersama legislatif. Dari situ, akan ditentukan program dan kegiatan mana saja yang masuk prioritas dan bisa dimasukkan ke dalam APBD.
“Sehingga satu sisi kita mampu memberikan pelayanan di masyarakat, di satu sisi kita mampu mengendalikan dengan baik dan dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.


Tinggalkan Balasan