FGD Pengembangan Ekonomi Transmigrasi, ITS Temukan Potensi Besar di Maloy Kaliorang
KUTIM,INDEKSMEDIA.ID – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) terus mendorong pengembangan ekonomi masyarakat di kawasan transmigrasi. Melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) penyusunan dokumen rencana teknis pengembangan ekonomi, pemberdayaan masyarakat transmigrasi, serta studi kelayakan sarana dan prasarana produksi di kawasan Maloy Kaliorang, Pemkab Kutim berupaya menggali potensi unggulan daerah tersebut.
Kegiatan berlangsung di Gedung Serbaguna Bukit Pelangi, Sangatta Utara, Rabu (15/10/2025), dihadiri jajaran Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kutim bersama tim riset dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Kepala Disnakertrans Kutim, Roma Malau, menegaskan konsep transmigrasi saat ini telah bertransformasi. Bukan lagi sekadar perpindahan penduduk, tetapi menjadi bagian dari sistem pembangunan wilayah yang terintegrasi dengan berbagai sektor ekonomi.

“Transmigrasi sekarang tidak seperti dulu. Ini sudah menjadi transformasi yang berintegrasi dengan beberapa subsektor,” kata Roma Malau.
“Melalui kegiatan ini, kita ingin memaparkan dan mengoptimalkan potensi ekonomi di wilayah-wilayah transmigrasi agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Roma.
Sementara itu, Direktur Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat ITS, Fadliatul Taufany, mengatakan pihaknya menemukan banyak potensi luar biasa di kawasan Maloy Kaliorang. ITS mendapat mandat untuk membantu menyusun pengembangan produk unggulan di Kutai Timur melalui riset dan kajian teknis.

“Kami melihat potensi yang sangat besar di Kaliorang, terutama untuk komoditas seperti pisang, padi, dan tebu. Selain itu, tanaman sorgum juga sangat cocok dikembangkan di wilayah ini,” ujar Fadliatul.
Dia menjelaskan, sorgum memiliki keunggulan karena tahan kering, tidak memerlukan banyak pupuk, dan dapat dipanen hanya dalam waktu tiga bulan.
Tanaman ini juga memiliki dua hasil utama batangnya mengandung nira yang bisa diolah menjadi pengganti gula dan bioetanol, sementara bijinya dapat dimanfaatkan sebagai pangan alternatif pengganti beras.
“Kami akan melakukan studi kelayakan terhadap produk-produk ini agar benar-benar bisa dikembangkan sebagai sumber ekonomi baru di Kutai Timur,” jelasnya. (qie)



Tinggalkan Balasan