Cegah Penularan HIV, Ini yang Dilakukan Pemkab Kutim

Daerah, Kesehatan, News9900 views

KUTIM, INDEKSMEDIA.ID – Dalam upaya untuk meningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan layanan kesehatan, sebuah inovasi baru telah muncul di dunia kesehatan global, yakni alat Skrining HIV Mandiri (SHM).

Alat tersebut merupakan langkah revolusioner dalam deteksi dini HIV, memberikan kemudahan kepada individu untuk menguji diri mereka sendiri secara mandiri.

Diketahui HIV merupakan penyakit yang belum diketahui obatnya. Dan saat ini, para ilmuwan sedang mencari obat dari penyakit tersebut.

Dibuat dengan teknologi canggih, alat SHM ini memungkinkan seseorang untuk melakukan pengujian HIV tanpa harus pergi ke fasilitas kesehatan.

Hal ini sangat penting karena dapat mengatasi beberapa hambatan yang seringkali menghambat orang untuk melakukan tes HIV secara teratur, seperti stigmatisasi dan ketidaknyamanan.

Koordinator lapangan (Korlap) Sub-sub Recipient (SSR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kalimantan Timur-Kutai Timur, Supiansyah Burhan menuturkan pendekatan itu (SHM) merupakan salah satu upaya dalam memenuhi hambatan pemeriksaan HIV, karena terkendala waktu, khususnya pada komunitas Populasi kunci (Poci) yang hendak datang ke layanan kesehatan.

“Tujuannya agar komunitas yang terkendala tersebut bisa melakukan skrining HIV secara mandiri, terutama bagi komunitas Poci dengan resiko tinggi terinfeksi HIV,” ungkapnya di Ruang Sangkima, Hotel Royal Victoria, Senin (27/11/2023).

Di tempat yang sama, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kutai Timur (Kutim), Harmadji Parthodarsono, menyambut baik terobosan ini, ia berharap dapat meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penularan HIV di Kutim.

Meskipun data terakhir menunjukkan penurunan kasus HIV/AIDS di Kutim pada tahun 2023, tetapi tetap terus waspada terhadap potensi penularan lebih lanjut.

Perlu diketahui, data terakhir terkait kasus HIV/AIDS di Kutim telah mencapai 122 kasus sepanjang tahun 2022, sedangkan di tahun ini (sampai bulan september) tercatat sudah ada 65 kasus.

“Jadi di tahun 2023 ini kelihatannya ada penurunan, bayangin kalau tahun lalu ada 122 (kasus) berarti di semester pertama saja sudah ada 61 (kasus). Nah, berarti hanya ada 65 (kasus) sampai bulan september berarti kurang (ada penurunan dari tahun sebelumnya),” terangnya kepada awak media.

Kegiatan ini sendiri merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam mencegah penyebaran HIV. Serta menjamin kesehatan masyarakat dari penyakit tersebut. (adv/hlm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *