Borneo FC Gelar Doa untuk Korban Tragedi Kanjuruhan Sebelum Latihan di Stadion Kanjuruhan
MALANG, INDEKSMEDIA.ID — Jelang laga menghadapi Arema FC pada Pekan ke-10 BRI Super League 2025, skuad Borneo FC Samarinda menggelar momen penghormatan khusus bagi korban Tragedi Kanjuruhan. Sebelum menjalani sesi latihan resmi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Sabtu (25/10/2025), seluruh pemain dan ofisial tim menundukkan kepala dan berdoa bersama di tengah lapangan.
Momen hening tersebut dilakukan hanya sehari sebelum laga antara Arema FC vs Borneo FC, yang dijadwalkan berlangsung pada Minggu (26/10/2025) di stadion yang menjadi saksi bisu salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Dalam unggahan di akun media sosial resminya, Borneo FC menulis pesan sederhana namun sarat makna:
“Sebelum menjalani official training, kita berdoa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan. Al-Fatihah.”
Unggahan tersebut disertai foto seluruh pemain dan ofisial Borneo FC yang berdiri melingkar rapi di atas garis lingkaran tengah lapangan, dengan kepala menunduk dan kedua telapak tangan terangkat setinggi dada, tanda mereka sedang berdoa.
Manajer tim Dandri Dauri turut menuliskan komentar singkat yang mempertegas momen itu: “Al-Fatiha.”
Unggahan tersebut langsung mendapat tanggapan luas dari warganet, terutama para suporter Pesut Etam, julukan Borneo FC, yang ikut mengirimkan doa dan pesan empati kepada korban serta keluarga mereka.
“Al-Fatihah, semoga para korban tragedi Kanjuruhan diampuni segala kesalahan dan diterima amal baiknya,” tulis salah satu pengguna bernama Rahman, dalam kolom komentar.

Banyak juga suporter Arema FC yang mengapresiasi gestur solidaritas dari tim tamu, menyebutnya sebagai bentuk sportivitas dan penghormatan yang tulus.
Momen doa bersama ini menjadi simbol penting ketika Borneo FC untuk pertama kalinya kembali menginjakkan kaki di Stadion Kanjuruhan sebagai tim tamu pascatragedi 2022.
Suasana di stadion saat latihan resmi terpantau tenang dan penuh rasa hormat. Para pemain menjalani latihan ringan di bawah pengawasan pelatih kepala, dengan tetap menjaga etika dan suasana khidmat setelah sesi doa bersama.
Gestur tersebut menjadi bukti bahwa sepak bola Indonesia terus berupaya menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, dan empati di atas rivalitas.
Tragedi Kanjuruhan
Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober 2022, usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Kekalahan tuan rumah memicu ribuan suporter memasuki lapangan. Situasi berujung ricuh ketika aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah tribun, memicu kepanikan dan penumpukan massa di beberapa pintu keluar.
Kerumunan besar itu menyebabkan asfiksia massal yang menewaskan 135 orang dan melukai 583 lainnya. Tragedi ini menjadi bencana paling mematikan kedua dalam sejarah sepak bola dunia, setelah insiden Estadio Nacional di Peru tahun 1964.
Pihak kepolisian kemudian menetapkan enam tersangka, termasuk tiga anggota kepolisian dan panitia pelaksana pertandingan, atas dugaan kelalaian dan penyalahgunaan kewenangan. Persidangan pertama kasus tersebut digelar di Surabaya pada 16 Januari 2023, tiga bulan setelah kejadian.
Sejak saat itu, Stadion Kanjuruhan menjadi simbol duka dan refleksi besar bagi dunia sepak bola Indonesia.


Tinggalkan Balasan