BMKG: Curah Hujan Ringan Saja, Samarinda Tetap Berpotensi Banjir
SAMARINDA, INDEKSMEDIA.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti tingginya tingkat kerentanan wilayah Kalimantan Timur terhadap banjir dan genangan air menjelang musim hujan panjang yang diperkirakan berlangsung hingga pertengahan 2026.
Hal tersebut disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi APT Pranoto Samarinda, Riza Arian Noor, dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Update Kondisi Musim Hujan Tahun 2025 dan Waspada Potensi Bencana” di Samarinda, Selasa (2/12/2025).
Riza menjelaskan, curah hujan dengan intensitas ringan, sekitar 80–100 milimeter saja sudah cukup untuk menyebabkan genangan di banyak titik di Samarinda.
“Kondisi ini disebabkan oleh topografi kota yang rendah dan sistem drainase yang belum mampu menampung debit air secara optimal,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya memperkuat sistem peringatan dini di wilayah kecamatan dan kelurahan rawan banjir agar informasi cuaca ekstrem dapat segera diterima masyarakat.
“Masyarakat harus punya waktu cukup untuk antisipasi sebelum terjadi luapan air,” tambahnya.
Selain Samarinda, BMKG juga mencatat tingkat kerentanan tinggi di Balikpapan, Kutai Kartanegara, dan Paser. Riza meminta pemerintah daerah memperbarui peta risiko banjir sesuai kondisi terkini agar langkah mitigasi lebih efektif.
Dalam paparannya, BMKG juga mengingatkan potensi hujan ekstrem akibat interaksi radiasi matahari, kelembapan tinggi, dan pembentukan awan kumulonimbus. “Kelembapan udara di Kaltim bisa mencapai lebih dari 80 persen. Kondisi ini berpotensi memicu hujan lebat bahkan ekstrem,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Meteorologi Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, menambahkan bahwa aktivitas siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia turut memengaruhi anomali curah hujan di Kalimantan Timur. Meski tidak terbentuk di garis ekuator, efeknya dapat meningkatkan risiko hujan deras dan banjir mendadak.
BMKG mengajak seluruh elemen pemerintah daerah, lembaga kebencanaan, dan masyarakat untuk berperan aktif dalam penguatan mitigasi bencana hidrometeorologi. “Kerja sama lintas sektor menjadi kunci agar dampak musim hujan panjang ini bisa ditekan seminimal mungkin,” tutup Riza.



Tinggalkan Balasan