INDEKS MEDIA KALTIM

Berita Hari Ini di Kalimantan Timur (Kaltim)



Miris! Gagal Terdata, Keluarga Lansia di Samarinda Terjebak Kemiskinan Ekstrem Meski Sudah Ajukan Bantuan

Jibril Daulay Jibril Daulay - 5800 views
Potret kemiskinan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur tercermin kehidupan Mariawati dan Masniah bersaudara/ Sebagai pembuat ketupat di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, berjuang untuk tetap bertahan hidup. Meski pemerintah salurkan bantuan, tapi keluarga mereka tak terdata alias tidak mendapat penyaluran. (Foto: Yah/Indeksmedia)

SAMARINDA, INDEKSMEDIA.ID – Keterbatasan sistem pendataan dan lemahnya pendampingan layanan sosial kembali menjadi sorotan setelah sebuah keluarga lansia di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, terungkap hidup dalam kemiskinan ekstrem selama bertahun-tahun. Mereka adalah Mariawati (60), suaminya Slamet Riadi (59), dan kakak kandungnya Masniah (64).

Tinggal di rumah tak berdinding jendela yang kerap bocor saat hujan, tiga orang lansia ini tidak pernah menerima bantuan sosial apa pun. Ironisnya, mereka justru menyaksikan banyak warga sekitar yang lebih mampu masuk dalam daftar penerima bantuan.

“Saya sempat iri melihat beberapa warga, tetangga-tetangga saya ini dapat semua bantuan dari pemerintah, kanan kiri dapat semua, ini saya tidak dapat, ada apa? Malahan yang benar-benar membutuhkan yang tidak dapat,” keluh Mariawati saat ditemui Senin (24/11/2025).

Kasus ini muncul setelah Mariawati mencoba mengurus bantuan ke kantor kelurahan. Namun ia hanya diberikan formulir tanpa ada petugas yang membantu menjelaskan cara pengisiannya.

Keterbatasan pengetahuan membuat keluarga ini gagal melangkah lebih jauh dalam proses administrasi.

Situasi ini memunculkan pertanyaan besar: berapa banyak warga miskin yang gagal mengakses bantuan bukan karena tidak memenuhi syarat, melainkan karena terhalang oleh prosedur yang tidak ramah?

Kesulitan ekonomi semakin terasa ketika satu-satunya sumber pendapatan keluarga hanyalah dari pekerjaan Mariawati menganyam ketupat. Ia membuat sekitar 100 ketupat per hari, namun hanya dibayar Rp10.000, itu pun dicairkan tak menentu.

“Pendapatan seminggu itu perkiraan Rp300 ribuan, tetapi orang itu tidak langsung membayar Rp300 ribu, kadang Rp200 ribu, kadang Rp150 ribu, jadi (mereka) seperti ngutang gitu,” ujarnya.

Pendapatan minim ini membuat keluarga tersebut acap kali tidak memiliki gas, minyak goreng, atau beras. Bahkan mereka pernah tidak makan selama dua hari dan hanya berbagi satu bungkus mi instan bertiga.

Kisah paling menyayat terjadi ketika Ketua RT memberi mereka sebakul nasi dengan satu ekor ikan. Ikan itu harus dibagi bertiga.

“Saya makan itu sampai nangis saya, karena melihat keadaan saya seperti itu,” kenang Mariawati.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga ini berada pada kategori miskin ekstrem, kondisi yang seharusnya menjadi prioritas pemerintah dalam program bantuan sosial.

Dalam kondisi serba terbatas, Mariawati berharap kisahnya didengar hingga tingkat pemerintah pusat dan daerah.

“Saya sempat mendengar statment-nya Pak Prabowo itu harus kena sasaran, tepat sasaran. Itu kan bagus. Saya seperti ini semoga mengetuk hati pemerintah,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan harapan langsung kepada Wali Kota Samarinda, Andi Harun.

“Harapannya untuk Pak Walikota Andi Harun, minta tolong Pak Andi Harun minta tolong minta bantuan, modal. Yang kedua bantuan dari pemerintah, orang dapat kita juga dapat. Jadi kita itu jangan dilewatkan lah, kita kan warga Indonesia,” pintanya.

Kisah Mariawati menunjukkan bahwa kemiskinan ekstrem tidak selalu disebabkan oleh faktor ekonomi semata, tetapi juga akibat ketidakmampuan sistem pendataan dan layanan sosial menjangkau kelompok rentan.

Banyak warga seperti Mariawati yang sebenarnya berhak menerima bantuan, namun tercecer dari sistem karena kendala administratif dan kurangnya pendampingan.

Kasus ini menjadi pengingat bagi pemerintah agar memastikan penyaluran bantuan benar-benar tepat sasaran, serta memperbaiki mekanisme pendataan dan pendampingan bagi warga yang tidak mampu secara literasi administrasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini

Maaf Untuk Copy Berita Silahkan Hubungi Redaksi Kami!