10 Kasus Tenggelam di Waduk PDAM Balikpapan Selama 2025, Terbaru 6 Anak Tewas Tragis
BALIKPAPAN, INDEKSMEDIA.ID — Enam anak dilaporkan meninggal dunia setelah terseret arus dan tenggelam saat bermain di Waduk PDAM Kilometer 8, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (17/11/2025) sore.
Kepala Seksi Operasi dan Siaga Basarnas Balikpapan, Endrow Sasmita, mengatakan laporan pertama diterima dari Babinsa Batu Ampar, Fahrizal, pada pukul 18.07 Wita, sekitar 30 menit setelah insiden terjadi.
Informasi awal menyebutkan enam anak bermain di tepi waduk, lalu bergerak ke bagian tengah yang lebih dalam hingga terseret arus dan tenggelam.
“Dua korban ditemukan lebih dulu oleh warga dalam kondisi meninggal dunia,” jelas Endrow.
Basarnas kemudian melakukan penyelaman untuk mencari empat korban lainnya. Penyelam menyusuri area bawah air dengan radius 1–10 meter.
Tim berhasil menemukan korban pertama pada pukul 19.50 Wita, disusul korban lain pada pukul 19.58 Wita, dan korban terakhir pukul 20.02 Wita.
“Kedalaman waduk berkisar 4–6 meter. Semuanya dalam kondisi meninggal dunia,” terangnya.
Endrow meminta pengelola memasang perlindungan area dan papan bahaya di sekitar waduk.
Identitas Korban
- Alfa Kaltiana Hadi (P/12)
- Ica Nawang (P/11)
- Arafa Lirman Faiz (L/8)
- Anaya Zaira Azarah (P/5)
- Muhammad Rifai Alamsyah (L/9)
- Kartika Ardayanti (P/9)
Lebih dari 10 Kasus Tenggelam Sepanjang 2025
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan mencatat lebih dari 10 kasus warga tenggelam sejak awal 2025, baik di waduk, saluran air, maupun kubangan bekas galian.
“Lebih dari tujuh kejadian melibatkan anak-anak. Kasus pada orang dewasa juga cukup banyak,” ujar Kepala BPBD Balikpapan, Usman Ali.
Salah satu titik yang dipantau intensif adalah Waduk Km 8 menuju kawasan Grand City, tempat aliran air membentuk kubangan memanjang yang kerap disambangi warga.
“Sudah ada tanda larangan melintas dan memancing, tetapi sering diabaikan. Rencana empat titik pengaman kami tambah menjadi enam titik untuk pagar dan penutup area,” tambahnya.
BPBD juga menindaklanjuti status lahan di sejumlah lokasi agar pemasangan pagar tidak terkendala birokrasi.
“Kami ingin meminimalkan risiko, terutama bagi anak-anak yang paling rentan,” tegas Usman.



Tinggalkan Balasan