Angka Anak Tidak Sekolah di Kutim Turun 4 Ribu, Disdikbud Intensifkan Validasi Data dan Program Pencegahan
KUTIM,INDEKSMEDIA.ID – Angka anak tidak sekolah (ATS) di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data Pusdatin Maret 2025, Kutim tercatat memiliki 13 ribu anak tidak sekolah dan berada di peringkat pertama se-Kaltim. Namun, setelah dilakukan validasi dan intervensi, pada September 2025 jumlah tersebut turun menjadi 9 ribu lebih atau berkurang sekitar 4 ribu anak.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutim, Mulyono, menjelaskan penurunan ini merupakan hasil kerja cepat yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari PKK, perangkat desa, hingga organisasi perangkat daerah terkait.
“Melihat data itu, tentu kami punya tanggung jawab besar. Maka langsung bergerak cepat, berkomunikasi, koordinasi dengan PKK, kemudian melibatkan OPD-OPD terkait. Kami lakukan validasi data di lapangan dengan dukungan RT dan PKK. Hasilnya, data September menunjukkan Kutim berhasil menurunkan angka ATS hingga 4 ribuan, sementara sembilan kabupaten/kota lain justru naik,” terang Mulyono saat ditemui beberapa waktu lalu.
Mulyono menegaskan langkah selanjutnya adalah memastikan validasi data semakin akurat melalui Dukcapil sebelum dilaporkan kembali ke Pusdatin. Dia optimistis angka ATS di Kutim bisa ditekan lagi hingga berkurang 4 ribu anak tambahan.
Lebih lanjut, di menjelaskan strategi penanganan ATS dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, memastikan anak-anak yang saat ini bersekolah tidak sampai putus sekolah.
Kedua, mencegah faktor risiko seperti pernikahan dini, narkoba, dan persoalan sosial lain. Ketiga, memberikan solusi bagi anak yang sudah terlanjur putus sekolah melalui program kesetaraan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) maupun pelatihan keterampilan.
“Anak-anak yang sudah terlanjur putus sekolah kita fasilitasi lewat program kesetaraan paket A, B, dan C, juga lewat pelatihan keterampilan. Harapannya mereka tetap punya ijazah formal dan masa depan yang produktif,” jelasnya.
Selain itu, Disdikbud Kutim juga membangun sekolah baru dan mengoptimalkan sekolah filial untuk menjangkau daerah terpencil. Sepanjang tersedia lahan dan minimal 60 siswa, sekolah filial bisa ditingkatkan menjadi sekolah definitif.
Mulyono menyebut program percepatan ini dikemas dalam proyek perubahan bernama CPSEG (Strategi Anti Anak Tidak Sekolah) yang diharapkan bisa menjadi model replikasi bagi daerah lain.
“Yang lebih menarik, dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, hanya Kutim yang berhasil menurunkan angka ATS. Ini bukti bahwa kita sudah berbuat dan Insya Allah terus berupaya agar anak-anak Kutim tidak ada lagi yang tertinggal di dunia pendidikan,” pungkasnya. (qie)



Tinggalkan Balasan